Minggu, 11 Oktober 2015

Contoh Kasus Masyarakat Perkotaan dan Masyarakat Pedesaan



Rabu, 20 Mei 2015 - 01:16 WIB  
Kasus Anak Ditelantarkan, Bukti Masyarakat Perkotaan Idap Stres Sosial
 
DEPOK - Pengamat Sosial Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati menilai, berdasarkan beberapa literatur tidak ditemukan serangkaian alasan orangtua berniat ingin menelantarkan anak. Namun kasus nyata terjadi di Cibubur, Bekasi yang dilakukan orangtua menelantarkan anak-anak mereka.

Belakangan ketergantungan narkoba menjadi motif mengapa mereka tega melakukan hal itu. Devie menilai penggunaan narkoba sudah menjawab perilaku abnormal orang tua tersebut.

"Perilakunya tak seperti pengasuhan anak, mengapa padahal berprofesi terhormat, rupanya pengaruh narkoba. Data BNN mengatakan sebagian besar pengguna narkoba adalah para pekerja. Rasionalisasinya, para pekerja miliki uang dibutuhkan industri narkoba," tegas Dosen Vokasi UI ini, Selasa (19/5/2015).

Devie menambahkan, pekerja menumbuhkan materi. Menjadi manusia modern Ibu Kota memiliki dua ciri penyakit sosial yakni hidup sendirian di dalam keramaian serta terobsesi memenuhi kebutuhan simbolik, bukan kebutuhan dasar.

"Ada lanjutannya bukan sekedar makanan apa, sandang apa, tetapi kebutuhan hidup yang gaya membuat para manusia modern terobsesi menjadi sangat produktif. Hal itu memancing industri narkoba, dan mereka yang menggunakan dapat timbulkan halusinasi, jauh lebih prima. Gunakan dosis berlebihan hingga kecanduan. Produktifitas semu," katanya.

Penulis buku ini menambahkan, alasan lainnya yakni masyarakat perkotaan sering merasa sendiri dimana ikatan dengan lingkungan sosial sudah renggang. Masyarakat perkotaan yang heterogen, kata dia, sulit membangun komunikasi sosial.

"Masyarakat kota-kota besar tak mengenal tetangga satu dan lain, profesi berbeda.Zonanya beda-beda tak seperti di desa sama-sama petani, ketika ada masalah mohon bantuan kerabat dekat sehingga terbangunnya komunikasi sosial.Di kota belum lagi persoalan psikologis, bercerai, dan lainnya," papar Devie.

Menurutnya, negara sudah menciptakan sistem mematikan kearifan lokal dimana sistem pasar kita berubah menjadi sistem pasar modern berbasis teknologi. Devie menyebut masyarakat Indonesia semakin terhimpit.

"Mereka terjebak, terhimpit, menjadi 'Masyarakat Burger', sistem tak adil membuat mereka peroleh tuntutan cari kehidupan tak ekonomis.Hal ini banyak menimbulkan depresi berkaca pada kasus Cibubur Bekasi.Orangtua sudah stres, akhirnya melakukan kekerasan menyakiti anaknya sebagai saluran stres," jelasnya.

Devie menambahkan, belum lagi masalah kesibukan orangtua, paradoks internet dan jarak yang semakin membuat anak sulit bertemu dengan orangtuanya."Dalam kasus ini, narkoba pangkalnya. Harapannya hukum jangan jauhkan orang tua dari anaknya. Rehabilitasi dibedah masalahnya. Orangtua harus berhenti narkobanya, terapi jiwanya, rehabilitasi dan anak dipertemukan," tegasnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar